Friday, August 04, 2006

my journal to Aceh and Jogjakarta

www.hope4ourchildren.blogspot.com

Monday, March 13, 2006

Finance Manager

Udah lama ngga nge-blog. Alhamdulillah sudah 3 tahun aku bekerja di Washington D.C. berprofesi sebagai "finance person" atau "budget person". Aku baru aja pindah ke perusahaan baru, bertanggung-jawab mengerjakan budget office ini.

Sebelum ini aku bekerja di perusahaan di D.C. juga me-manage portfolio sebesar $65 juta. Lumayan juga membuat aku sibuk, dan Alhamdulillah banyak pengalaman yang aku dapat sebagai finance manager sebuah perusahaan konsultan berlokasi di Wisconsin Avenue, Washington D.C., dan ditambah dengan dealing with kantor cabang, partner di lebih 10 negara di dunia (dari total project sih ada lebih 40 negara).

Hari ini adalah satu bulannya aku di perusahaan baru. Banyak yang aku harus pelajari di perusahaan baru, dan banyak yang harus aku kerjakan. Tiga minggu lalu baru submit budget baru untuk project, dengan total $5.2 million, dan minggu lalu aku baru submit budget $1 (dengan total project budget-nya $16 juta). Moga2 aja "nembus" dan lancar! Amin.

Saturday, June 25, 2005

Guru Al-Fatih ke Aceh

Insya Allah tanggal 1 Agustus 2005, ada 4 orang guru sekolah Al-Fatih (Virginia, US) akan ke Aceh untuk melihat proyek di Subulussalam, dan untuk men-training guru2 sekolah di Aceh. Tujuannya adalah untuk bisa mengukuhkan jalan membuat Dayah Subulussalam sebagai sister school-nya Al-Fatih Academy. Sebagaimana aku telah ceritakan, Dayah Sulussalam saat ini menampung anak2 yatim korban tsunami, selain juga mendidik anak2 yatim miskin dari daerah sekeliling Subulussalam, selama 16 tahun terakhir ini.

Minggu lalu aku ketemu dengan Attache Pendidikan di Kedubes RI di DC. Aku memberitahu rencana organisasi kami untuk pergi ke Aceh, mengirimkan guru2 untuk men-training guru2 di Aceh. Beliau berkata bahwa beliau juga sedang merintis program yang sama, yang juga akan mencoba mengirimkan guru2 di Aceh untuk 'magang' ke sekolah2 di US. Beliau bahkan menawarkan guru dari Dayah Subulussalam untuk mengikuti program ini. Itu adalah kesempatan yang bagus sekali untuk guru Aceh. Insya Allah.

Saturday, June 18, 2005

$38,000 unk anak Aceh

Sampai sejauh ini sudah terkumpul dana untuk Aceh. Aku dan temen2 di Maryland, Virginia melalui sumbangan teman2 kami, melalui acara fundraising tanggal 2 April 2005 yang lalu, bisa mengumpulkan uang untuk para yatim piatu korban tsunami. Kami akan mengalokasikan ini untuk membangun asrama untuk anak2 yatim korban tsunami di Dayah Subulussalam, di selatan Meulaboh. Yang terbayang dalam benakku adalah anak2 itu tinggal di tenda2 sementara, yang basah kehujanan, terik kepanasan. Sementara ini, beberapa anak2 korban tsunami sudah ada yang ditampung di Dayah-nya Mbak Elly. Mereka tinggal di asrama Dayah yang sudah ada, yang tidak mempunyai perlengkapan tempat tidur dan kasur.

Desain asramanya lagi dalam proses. Moga2 dalam waktu dekat ini bisa selesai, jadi kita bisa merealisasikan $38,000 itu untuk membangun asrama untuk anak2 korban tsunami itu.

Mbak Elly, pendiri Dayah Subulussalam yang menampung anak2 korban tsunami itu memberitahu bahwa dia kekurangan dana untuk biaya makan anak2 tersebut. Tersayat hati ini membayangkan anak2 itu, ditengah penderitaan dan trauma yang mereka alami, mereka juga merasakan kelaparan.

Mbak Elly bilang sedang berusaha menjual lahan dan mobilnya untuk mengkover biaya tersebut. Tapi kami bisa mendapatkan $2500 dari Sterling Foundation untuk biaya makan anak2 itu, yang akan dikirimkan awal minggu depan ini. Alhamdulillah.

Friday, June 17, 2005

udah lama

Dah lama nich ngga nge blog... aku tadi sedih banget ngeliat film pasca tsunami. Ada seorang anak laki berumur kurang lebih 7 tahun, telanjang, dan dengan nafas segugukan, dan luka berlumuran di kening dan sekitar matanya... dia terlihat sangat2 tidak berdaya. Hatiku tersayat melihat pemandangan itu. Ya Allah, ringankanlah penderitaan anak itu... anak2 korban tsunami lain, yang kesakitan, kehilangan ibu, bapak, saudara2, kehilangan kekuatan... Ya Allah, berilah mereka kekuatan.

Aku tak tahan melihatnya. Bagaimana anak lelaki kecil itu menghembus nafasnya dengan segugukan, yang juga mungkin disebabkan karena kandungan lumpur di paru-parunya. Astaghfirullah. Menetes airmataku mengingat penderitaan saudara2ku di Aceh.

Semoga saja banyak yang bisa menolong. Semoga saja banyak yang bisa memeluk menyayangi dan memberikan perhatian dan uluran tangan bagi anak2 kecil yatim piatu korban tsunami, yang sebagaian besarnya juga memang adalah anak2 miskin.

Semoga saja aku diberi kekuatan untuk bisa membantu, barang sedikit. Allah, please help me help them... walaupun hanya beberapa orang.

Monday, October 11, 2004

IAAS in Indonesia

July 1991. Pertama kalinya mahasiswa Indonesia involved dalam kegiatan IAAS (International Association of Agricultural Students) yang berbasis di Leuven, Belgia. Dalam 35 tahun organisasi non-profit, non-government ini berdiri, tahun inilah partisipasi Indonesia pertama kalinya, ketika Pak Dr. Eriyatno (ketika itu PR III Institut Pertanian Bogor) memberitahu bahwa mhs IPB, sebagai representatif mahasiswa Indonesia, mendapat undangan mengikuti Kongress IAAS yang ke-35 di Thailand.

Ketika itu, Pak Eriyatno memilih aku jadi salah satu dari 5 orang delegasi Indonesia, bersama dengan Mia Siscawati, Nelly Sunkar, Rita Silalahi dan Husni Rizal.

Aku masih tingkat satu ketika itu. Karena kemampuan bhs Inggris-ku pula, Mia (ketua delegasi) meminta aku untuk berbicara di forum Kongress IAAS ke-35 on behalf of Indonesia di depan ratusan mahasiswa IAAS lebih dari 40 negara. Ketika voting, Indonesia diterima secara aklimasi menjadi candidate member IAAS.

Alhamdulillah, itulah titik tolak keikutsertaan Indonesia dalam IAAS.

Tahun berikutnya, aku dipilih menjadi ketua delegasi Indonesia, bersama dengan Ahmad Saufi dan Nik Retno Purwandari (almarhum). Ketika itu, kami membawa misi menggolkan Indonesia menjadi 'Full Member' pada kongres-nya yang ke-36 di Belgia dan Belanda, pada Juli 1992.

Pada saat itu pula, aku terpilih menjadi satu dari 4 Control Committee IAAS International, bersama delegasi dari Belanda, Togo dan Sweden. Control Committee adalah badan legislatif IAAS International yang berfungsi memantau jalannya organisasi. Untungnya untuk kepengurusan ini, masih bisa dilakukan dengan komunikasi jarak jauh, jadi tidak perlu tinggal di Belgia.

Keikutsertaan Indonesiapun bermula saat itu. Posisiku sebagai Control Committee juga memudahkan lobbi Indonesia sehingga dalam waktu 1 tahun setelah diterima menjadi full member, Indonesia sudah bisa mengirimkan delegasinya untuk mengikuti exchange program ke lahan2 pertanian di Eropa. Ini merupakan prestasi, misalnya dibandingkan dengan Thailand yang baru bisa berpartisipasi di exchange program 4 tahun sesudah terpilih menjadi full member.

Inilah titik tolak terbukanya kesempatan. Kesempatan bagi mahasiswa pertanian Indonesia untuk berpartisipasi di forum internasional.

Terhitung July 1991 hingga 1994, lebih dari 20 orang mahasiswa pertanian Indonesia turut berpartisipasi dalam kegiatan:

* seminar kelautan di Perancis, 1992.
* seminar pertanian & energi di Sweden, 1992.
* exchange program di Norway, 1993.
* exchange program di Switzerland, 1993.
* exchange program di Belanda, 1994.
* delegasi kongres ke-37 di Brazil, 1993.

Selain IPB, ada juga mahasiswa yang berasal dari Universitas Brawijaya.

Kami juga menerima mahasiswa dari Slovenia (2 orang) dan Switzerland untuk kerja praktek di lahan pertanian, peternakan di Indonesia.


Alhamdulillah, Aku sendiri terpilih menjadi Deputy National Director IAAS Indonesia yang pertama.

Aku dan rekan2 memulai dari 0, dari perancangan struktur organisasi (sangat ramping: National Committee hanya 10 orang), sampai membuat hirarki organisasi dari National Committee (NC) dan Local Committee (LC). Dalam tahun ke-2 IAAS Indonesia berdiri, sudah masuk LC dari Universitas Brawijaya, Universitas Jambi, Universitas Padjajaran dan Universitas Sumatra Utara.

Selain mengkoordinir pengiriman mahasiswa ke berbagai kegiatan di mancanegara, aku bertanggungjawab mendisain dan menyusun sistem seleksi calon yang mengikuti exchange program atau EXPRO (yang mengikut sertakan 30 PT negeri dan perguruan tinggi swasta melalui 7 Kopertis dlm pemilihannya), melaksanakan leadership training course IAAS Orientation Program dan melakukan pengkaderan. Para calon mahasiswa yang mengikuti exchange program tidak hanya dilihat dari kemampuan bahasa Inggris dan akademis, tapi juga dari kepemimpinannya, aktivitas sosial dan juga komitmen untuk mengembangkan organisasi IAAS, atau so called "contribution to society".

Aktivitas pertama terbesar kita adalah Asian Pacific Regional Meeting (APRM) pada 1-7 November, 1992 di Cisarua, dimana Arif Satria menjadi Ketua Panitia, dan Idris Balilah menjadi Ketua Steering Committee. Aku sendiri membantu sebagai sekretaris Steering Committee.

Sampai aku selesai menjabat pada tahun 1994, aku bersyukur ada lebih dari 20 anak Indonesia yang mendapat kesempatan untuk pergi ke luar negeri melalui program2 IAAS. Selain itu, juga beratus-ratus mahasiswa pertanian mendapat kesempatan beraktivitas dalam kegiatan IAAS dalam level nasional, dari partisipasi di Asian Pacific Regional Meeting (APRM), beberapa seminar nasional, IAAS Orientation programs (IOP) dan Leadership Training Courses.

(Just a note: Kreativitas muncul di mana2.. Ide untuk IAAS Orientation Programs atau IOP itu tercetuskan ketika aku, Arif Satria dan Aryo Rama sedang duduk2 nongkrong di Taman Satari IPB, tempat "official" unk nongkrong antara kuliah. Konsep awalnya adalah menciptakan ajang untuk mengenalkan IAAS, IAAS Indonesia dan aktivitasnya serta memberikan basic leadership courses untuk para mahasiswa yang tertarik untuk join IAAS).

Alhamdulillah pada tahun 1993, salah satunya karena aktivitasku ini, aku terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi III Fakultas Pertanian, IPB. Sayangnya aku tidak dapat hadir waktu pemberian penghargaan karena sedang melaksanakan KKN di Tegal Gundil.

Setelah kepengurusanku berakhir tahun 1994, aku mendengar kabar tiap tahun, ada mahasiwa Indonesia yang mengikuti kongress, seminar ke berbagai negara di Eropa & Amerika: Slovenia, Brazil, Latvia, Belgia, Belanda, German, Switzerland, Sweden, etc. Bahkan aku dengar dua tahun yang lalu ada juga mahasiwa Indonesia yang menjabat menjadi Vice President IAAS.

Prestasi lainnya adalah dipercayanya Indonesia untuk menjadi tuan rumah Kongres IAAS tahun 1996 di Bogor. Prestasi yang membanggakan, hanya 4 tahun setelah aku berbicara on behalf of Indonesia pada IAAS General Assembly di Belgium, di mana Indonesia diterima menjadi full member IAAS!!

ALHAMDULILLAH.

Aku bersyukur kerja kerasku dan rekan2 yang lain membangun IAAS Indonesia bisa membuka kesempatan bagi mahasiswa pertanian Indonesia untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan IAAS di Eropa.

Setiap kali aku mendengar kabar tentang partisipasi mhs Indonesia di aktivitas IAAS International, aku merasa berbangga hati. Setiap kali aku mendengar kabar bahwa alumni IAAS Indonesia sudah mendapat pekerjaan di berbagai sektor di Indonesia, bahkan ada yang bekerja/mendapat beasiswa di mancanegara, aku bersyukur.

Sedikit sumbangsaranku... untukmu, Indonesiaku.

Sister school

Aku tuh percaya, negeri tercinta akan cepet maju, kalo ada partisipasi aktif dari semua makhluk penghuninya. Gimana kalau kita galakkan semua orang harus mempunyai satu anak angkat, atau adik angkat? Seperti 'big brother, big sister'?

Satu contohnya dengan menciptakan konsep 'sister school'.

Jadi kalo ada satu sekolah yang elit di Jakarta, tiap anaknya punya satu orang little brother atau little sister di satu sekolah di pedalaman. Anak2 itu bisa berkorespondensi; orangtua si big brother/sister yang langsung mengirimkan 'suntikan' dana untuk little sister/little brother-nya.

Koordinasinya bisa dilakukan di tingkat sekolah, bisa dengan program 'sister school'. Kan boleh donk mengambil contoh baik konsep 'sister city'? Kenapa tidak???

Dengan kerjasama ini, bisa saja nanti satu sekolah elit punya beberapa sister schools di beberapa kota di Indonesia. Setelah itu, boleh juga ada kunjungan atau semacamnya, jadi bisa saling kenal. Tapi dengan itu bisa juga membangun rasa empasi sesama (bagi orang yang lebih mampu) dan juga bagi orang yang kurang mampu diberi kesempatan untuk bisa bersekolah, bahkan kalau memungkinkan untuk membantu ke jenjang lebih tinggi lagi....

Hm... Impianku.

Sunday, October 10, 2004

Wheel of Power

Baru2 ini anak semata wayangku, yang baru berumur 4 tahun, menemukan satu term baru, Wheel of Power, yang didapat dari film Hot Wheel. Kekuatan akan didapat seorang pembalap film kartun Hot Wheels kalau dia bisa mendapatkan wheel of power, katanya.

Kata itu tidak memberikan makna banyak ketika aku menjelaskan dan mendiskusikan arti Wheel of Power dalam film hot wheel itu.

Namun, ketika aku merenung, mengkontemplasikan, sebenernya, kata wheel of power yang aku dapatkan dari anakku yang sedang asyik2nya menekuni kartun hot wheel itu, ternyata mempunyai makna yang lebih dalam. Dalam kontemplasiku, wheel of power ini tidak hanya diperebutkan oleh seorang tokoh Kurt Wield dan Vert Wheeler film di Hot Wheel dengan perjuangan keras untuk mendapatkannya, tapi juga perlu 'diperebutkan' oleh tiap-tiap orang yang sedang berada di sisi bawah roda, salah satunya termasuk aku.

Kenapa?
Wheel. Roda. Aku melihat hidup ini bagaikan roda yang berputar. Karena usaha kita, dan juga rejeki kita, kita bisa berada di atas, tapi bisa saja cobaan sedang mencoba, jadi kita turun ke bawah, seperti juga putaran roda yang sedang bergerak. Sedihnya, ketika kita berada di bawah, sulit sekali kita untuk bergerak, untuk memotivasi diri kita untuk maju, dan untuk mempunyai kekuatan untuk maju. Tapi kita harus berusaha terus, hingga roda itu bisa berjalan, bisa bergerak lagi menuju ke atas.

Yang aku pikirkan, kondisi aku saat ini, aku perlu untuk memotivasi diriku untuk maju, untuk mendapatkan wheel of power tadi. Saat roda sedang berada di bawah, satu2nya cara untuk bisa naik lagi ke atas adalah dengan adanya dorongan, motivasi, kekuatan, kemauan, keteguhan dan kekonsistenan untuk ingin maju. Memang sulit bila kita merasa seperti hanya jalan di tempat. Seperti aku rasakan sekarang.

Semoga saja Allah menunjukkan wheel of power itu untukku. Subhanallah, aku bersyukur Allah menunjukkan perlunya wheel of power melalui anak balitaku. Semoga saja aku bisa maju dan bisa naik ke atas, dan memutarkan poros rodaku yang sekarang sedang di bawah. Semoga. Kabulkanlah, ya Allah.